Powered By Blogger

Jumat, 04 Januari 2013

Menunggu Pagi


muslimah-berjilbab-7.jpgSetelah merebahkan tubuhnya diatas rumput. Tinggal aku berdua yang masih bertahan untuk tetap melek. Menyadari ne pertemuan kita yang terakhir untuk camping bersama, benar- benar tak mau melewatkannya sedetikpun.
“tidur kamu, Wa?”
“nggak. Berbaring !” jawab Wa sekenanya.
Aku dan dia saling berpandangan, cepat-cepat ku menarik pandanganku. Takut terlalu lama. Dia pun sudah rada kehabisan ide untuk menyanyikan lagu apa yang akan dimainkan. Aku juga tak tau mo berkomentar apa. Aku tak berani menatapnya lagi. My imagine (ingin disaat seperti ini dia mendekat disampingku dan menyanyikan lagu buat kita?!) Ach...! konyol...! aku semakin konyol saja melihat api unggun yang hampir mati. Sementara subuh masih lama. Aku mendapati dia berkali-kali melirikku. Mungkinkah dia juga merasakan kekonyolan yang kurasakan?? Arghhh...Aku tak tahu. Aku mengikuti permainan gitarnya dengan suara bass ku. Kemudian dia menyanyikan sebuah lagu, bagus sekali..tapi liriknya sedih karena bertemakan ‘maaf aku telah berdua dan tak mau menduakan’. Lagu siapa ne ya? Selesai lagu tersebut aku bertepuk ringan.. k’ren! Bisikku dalam hati. Kemudian dia bertanya.
“tau nggak lagu siapa?”
??????
spontan ku jawab “nggak !”. kaget juga bertanya tiba-tiba dan aku benar-benar gak tau lagu itu.. baru kali ini aku dengar! Ku lihat rona wajahnya  dengan cahaya api unggun yang redup sontak down ! aduh..gimana ne?aku merasa bersalah juga. Trus ku tanya lagi,
“memangnya lagu siapa? Aku benar gak tau, baru kali ini dengar”. Tapi dia menggeleng dan tak mau jawab terus saja memetik gitar memainkan nada sembarang, terlihat sich udah kurang semangat. Oh...I’m Sorry. Aku benar-benar gak tau.
Kembali terdiam dan kuhanya menatap nanar api unggun yang mati. Oh, subuh lama sekali engkau datang. Hanya engkau yang dapat menyelamatkanku dari kekonyolan ini.
Akhirnya, subuhpun datang, dan hari dah mulai terang. Tapi dia masih ngejreng juga. Aku tak tahan lagi menahan kebelet pipis karena dingin. Aku muter otak, agar dia tidak kecewa aku pergi. Sebenarnya dia juga sudah letih tapi dia berusaha untuk menemaniku juga. O...aku dapat ide !
“mana senter tadi? Pinjamlah...”
Kelagapan dia menyerahkan senter padaku.
“aku kesitu dulu ya .........” gumamku tak jelas seperti bebicara pada diri sendiri saja. Aku melangkah meninggalkannya dengan berat hati.
Selesai ku shalat subuh, aku kembali ketempat tadi, kudapati dia sudah tidur dengan gitar masih terdekap ditangannya. Aku geleng-geleng kepala melihat polahnya. Sungguh ingin sekali untuk menegurmu, bangunin buat shalat subuh juga. Tapi aku terlalu kaku untuk itu. Aku hanya bisa menatapnya bodoh.
Kasihan dia..sebenarnya sudah ngantuk berat, tapi demi menemaniku yang tak bisa tidur, maka ngejreng sampai cape’ kayak gne. Aku membatin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar