
“tidur kamu, Wa?”
“nggak. Berbaring !” jawab Wa sekenanya.
Aku dan dia saling berpandangan, cepat-cepat ku menarik
pandanganku. Takut terlalu lama. Dia pun sudah rada kehabisan ide untuk
menyanyikan lagu apa yang akan dimainkan. Aku juga tak tau mo berkomentar apa.
Aku tak berani menatapnya lagi. My imagine (ingin disaat seperti ini dia mendekat disampingku dan
menyanyikan lagu buat kita?!) Ach...! konyol...! aku semakin konyol saja melihat api unggun yang hampir
mati. Sementara subuh masih lama. Aku mendapati dia berkali-kali melirikku.
Mungkinkah dia juga merasakan kekonyolan yang kurasakan?? Arghhh...Aku tak
tahu. Aku mengikuti permainan gitarnya dengan suara bass ku. Kemudian dia
menyanyikan sebuah lagu, bagus sekali..tapi liriknya sedih karena bertemakan
‘maaf aku telah berdua dan tak mau menduakan’. Lagu siapa ne ya? Selesai lagu
tersebut aku bertepuk ringan.. k’ren! Bisikku dalam hati. Kemudian dia
bertanya.
“tau nggak lagu siapa?”
??????
spontan ku jawab “nggak !”. kaget juga bertanya tiba-tiba dan aku
benar-benar gak tau lagu itu.. baru kali ini aku dengar! Ku lihat rona
wajahnya dengan cahaya api unggun yang
redup sontak down ! aduh..gimana ne?aku merasa bersalah juga. Trus ku tanya
lagi,
“memangnya lagu siapa? Aku benar gak tau, baru kali ini dengar”. Tapi dia
menggeleng dan tak mau jawab terus saja memetik gitar memainkan nada sembarang,
terlihat sich udah kurang semangat. Oh...I’m Sorry. Aku benar-benar gak tau.
Kembali terdiam dan kuhanya menatap nanar api unggun yang
mati. Oh, subuh lama sekali engkau datang. Hanya engkau yang dapat
menyelamatkanku dari kekonyolan ini.
Akhirnya, subuhpun datang, dan hari dah mulai terang.
Tapi dia masih ngejreng juga. Aku tak tahan lagi menahan kebelet pipis karena
dingin. Aku muter otak, agar dia tidak kecewa aku pergi. Sebenarnya dia juga
sudah letih tapi dia berusaha untuk menemaniku juga. O...aku dapat ide !
“mana senter tadi? Pinjamlah...”
Kelagapan dia menyerahkan senter padaku.
“aku kesitu dulu ya
.........” gumamku tak jelas seperti bebicara pada diri sendiri saja. Aku
melangkah meninggalkannya dengan berat hati.
Selesai ku shalat
subuh, aku kembali ketempat tadi, kudapati dia sudah tidur dengan gitar masih
terdekap ditangannya. Aku geleng-geleng kepala melihat polahnya. Sungguh ingin
sekali untuk menegurmu, bangunin buat shalat subuh juga. Tapi aku terlalu kaku
untuk itu. Aku hanya bisa menatapnya bodoh.
Kasihan dia..sebenarnya sudah ngantuk berat, tapi demi
menemaniku yang tak bisa tidur, maka ngejreng sampai cape’ kayak gne. Aku
membatin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar