Powered By Blogger

Minggu, 02 Juni 2013

MESIN BOR


A.DEFINISI MESIN BOR
Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi menghasilkan lubang berbentuk bulat dalam lembaran-kerja dengan menggunakan pemotong berputar yang disebut BOR.

B.JENIS-JENIS MESIN BOR
1.Mesin bor meja
Mesin bor meja adalah mesin bor yang diletakkan diatas meja. Mesin ini digunakan untuk membuat lobang benda kerja dengan diameter kecil (terbatas sampai dengan diameter 16 mm). Prinsip kerja mesin bor meja adalah putaran motor listrik diteruskan ke poros mesin sehingga poros berputar. Selanjutnya poros berputar yang sekaligus sebagai pemegang mata bor dapat digerakkan naik turun dengan bantuan roda gigi lurus dan gigi rack yang dapat mengatur tekanan pemakanan saat pengeboran.







2. Mesin bor tangan (pistol)
Mesin bor tangan adalah mesin bor yang pengoperasiannya dengan menggunakan tangan dan bentuknya mirip pistol. Mesin bor tangan biasanya digunakan untuk melubangi kayu, tembokmaupun pelat logam. Khusus Mesin bor ini selain digunakan untuk membuat lubang juga bisa digunakan untuk mengencangkan baut maupun melepas baut karena dilengkapi 2 putaran yaitu kanan dan kiri. Mesin bor ini tersedia dalam berbagai ukuran, bentuk, kapasitas dan juga fungsinya masing-masing.
3. Mesin bor Radial
Mesin bor radial khusus dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja yang besar dan berat. Mesin ini langsung dipasang pada lantai, sedangkan meja mesin telah terpasang secara permanen pada landasan atau alas mesin.. Pada mesin ini benda kerja tidak bergerak. Untuk mencapai proses pengeboran terhadap benda kerja, poros utama yang digeser kekanan dan kekiri serta dapat digerakkan naik turun melalui perputaran batang berulir.
4.Mesin Bor Tegak (Vertical Drilling Machine)
Digunakan untuk mengerjakan benda kerja dengan ukuran yang lebih besar, dimana proses pemakanan dari mata bor dapat dikendalikan secara otomatis naik turun. Pada proses pengeboran, poros utamanya digerakkan naik turun sesuai kebutuhan. Meja dapat diputar 3600 , mejanya diikat bersama sumbu berulir pada batang mesin, sehingga mejanya dapat digerakkan naik turun dengan menggerakkan engkol.
5.Mesin bor koordinat
Mesin bor koordinat pada dasarnya sama prinsipnya dengan mesin bor yang lainnya. Perbedaannya terdapat pada sistem pengaturan posisi pengeboran. Mesin bor koordinat digunakan untuk membuat/membesarkan lobang dengan jarak titik pusat dan diameter lobang antara masing-masingnya memiliki ukuran dan ketelitian yang tinggi. Untuk mendapatkan ukuran ketelitian yang tinggi tersebut digunakan meja kombinasi yang dapat diatur dalam arah memanjang dan arah melintang dengan bantuan sistem optik. Ketelitian dan ketepatan ukuran dengan sisitem optik dapat diatur sampai mencapai toleransi 0,001 mm.
6.Mesin bor lantai
Mesin bor lantai adalah mesin bor yang dipasang pada lantai. Mesin bor lantai disebut juga mesin bor kolom. Jenis lain mesin bor lantai ini adalah mesin bor yang mejanya disangga dengan batang pendukung. Mesin bor jenis ini biasanya dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja yang besar dan berat.






7.Mesin bor berporos (mesin bor gang)
Mesin bor ini mempunyai lebih dari satu spindel, biasanya sebuah meja dengan empat spindel. Mesin ini digunakan untuk melakukan beberapa operasi sekaligus, sehingga lebih cepat.untuk produksi masal terdapat 20 atau lebih spindel dengan sebuah kepala penggerak.

C.BAGIAN – BAGIAN UTAMA MESIN BOR
1.Base (Dudukan )
Base ini merupakan penopang dari semua komponen mesin bor. Base terletak paling bawah menempel pada lantai, biasanya dibaut. Pemasangannya harus kuat karena akan mempengaruhi keakuratan pengeboran akibat dari getaran yang terjadi.
2.Column (Tiang)
Bagian dari mesin bor yang digunakan untuk menyangga bagian-bagian yang digunakan untuk proses pengeboran. Kolom berbentuk silinder yang mempunyai alur atau rel untuk jalur gerak vertikal dari meja kerja.
3.Table (Meja)
Bagian yang digunakan untuk meletakkan benda kerja yang akan di bor. Meja kerja dapat disesuaikan secara vertikal untuk mengakomodasi ketinggian pekerjaan yang berbeda atau bisa berputar ke kiri dan ke kanan dengan sumbu poros pada ujung yang melekat pada tiang (column). Untuk meja yang berbentuk lingkaran bisa diputar 3600 dengan poros ditengah-tengah meja. Kesemuanya itu dilengkapi pengunci (table clamp) untuk menjaga agar posisi meja sesuai dengan yang dibutuhkan. Untuk menjepit benda kerja agar diam menggunakan ragum yang diletakkan di atas meja.
4.Drill (Mata Bor)
Adalah suatu alat pembuat lubang atau alur yang efisien. Mata bor yang paling sering digunakan adalah bor spiral, karena daya hantarnya yang baik, penyaluran serpih (geram) yang baik karena alur-alurnya yang berbentuk sekrup, sudut-sudut sayat yang menguntungkan dan bidang potong dapat diasah tanpa mengubah diameter bor. Bidang–bidang potong bor spiral tidak radial tetapi digeser sehingga membentuk garis-garis singgung pada lingkaran kecil yang merupakan hati bor.
5.Spindle
Bagian yang menggerakkan chuck atau pencekam, yang memegang / mencekam mata bor.
6.Spindle head
Merupakan rumah dari konstruksi spindle yang digerakkan oleh motor dengan sambungan berupa belt dan diatur oleh drill feed handle untuk proses pemakananya.
7.Drill Feed Handle
Handel untuk menurunkan atau menekankan spindle dan mata bor ke benda kerja ( memakankan)
8.Kelistrikan
Penggerak utama dari mesin bor adalah motor listrik, untuk kelengkapanya mulai dari kabel power dan kabel penghubung , fuse / sekring, lampu indicator, saklar on / off dan saklar pengatur kecepatan.

D.PENGERJAAN PENGEBORAN
Jenis cutting tool (mata bor) yang digunakan dalam proses pengeboran antara lain:
1.Drilling
Proses yang digunakan untuk membuat suatu lubang pada benda kerja yang solid.
2.Step drill
Proses yang digunakan untuk pembuatan lubang dengan diameter bertingkat.
3.Reaming
Reaming adalah cara akurat pengepasan dan finishing lubang yang sudah ada sebelumnya.
4.Boring
Proses memperluas sebuah lubang yang sudah ada dengan satu titik pahat. Boring lebih disukai karena kita dapat memperbaiki ukuran lubang, atau keselarasan dan dapat menghasilkan lubang yang halus..
5.Counter Bore
Operasi ini menggunakan pilot untuk membimbing tindakan pemotongan. Digunakan untuk proses pembesaran ujung lubang yang telah dibuat dengan kedalaman tertentu, untuk mengakomodasi kepala baut
6.Countersink (bor benam)
Khusus pembesaran miring berbentuk kerucut pada akhir lubang untuk mengakomodasi sekrup versink. Kerucut sudut 60 °, 82 °, 90 °, 100 °, 110 °, 120 °
7.Tapping
Tapping adalah proses dimana membentuk ulir dalam. Hal ini dilakukan baik oleh tangan atau oleh mesin.
Untuk Mekanisme Proses pengerjaan pengeboran adalah sebagai berikut ;
1.Pemasangan Benda Kerja
a.Jika menggunakan ragum, untuk benda kerja rata dan mendatar dengan ukuran benda tebalnya lebih pendek dari ukuran tinggi mulut ragum, dibagian bawah benda kerja ditahan denagan bantalan yang rata dan sejajar (paralel). Agar ragum tidak turut bergerak, ragum diikat denagan menggunakan mur baut pada meja bor.
b.Jika tidak menggunakan ragum, benda kerja diikat pada meja bor dengan menggunakan dua buah mur baut, dua buah penjepit bentuk U dengan dua balok penahan yang sesuai.
c.Untuk mengebor logam batang berbentuk bulat, benda kerja diletakan pada sebuah balok V dan dijepit dengan batang pengikat khusus, kemudian ditahan dengan menggunakan balok yang sesuai dan diikat oleh mur baut pada meja mesin bor.
d.Untuk benda kerja yang akan dibor tembus, benda kerja dijepit dengan menggunakan batang, penjepit khusus, balok penahan yang sesuai tingginya dan diikat dengan mur baut pengikat agar tidak merusak ragum.
Mata Bor pada 2.Pemasangan chuck
a.Bor dengan tangkai lurus (taper) langsung dimasukan pada lubang sumbu mesin bor, tidak boleh menggunakn pemegang bor. Dengan demikian, lubang alur menerima ujung taper dan lubang taper diimbangi oleh selubang yang distandarisasi (dinormalisasikan). Ujung taper tidak digunakan untuk memegang tapi untuk mempermudah dilepas dari selumbung dengan menggunakan soket. Sebelum melepas bor, sepotong kayu harus diletakan dibawahnya, sehingga mata bor tidak akan rusak pada saat jatuh.
b.Bor dengan tangkai selinder diguanakan “ Pemegang bor berkonsentrasi sendiri” dengan dua atau tiga rahang. Bor harus dimasukan sedalam mungkin sehinggan tidak selip pada saat berputar. Permukaan bagiaan dalam pemegang berhubungan dengan tangakai mata bor, sehingga menghasilkan putaran bor.
c.Bor dengan kepala bulat lurus diperguanakan pemegang/ penjepit bor otomatis (universal), dimana bila diputar kuncinya, maka mulutnya akan membuka atau menjepit dengan sendirinya (otomatis).
d.Bor dengan kepala tirus dipergunakan taper atau sarung pangurang yang dibuat sesuai dengan tingkatan dan kebutuhan, sehingga terdapat bermacam-macam ukuran.
e.Mata bor yang baik asahan mata potongnya akan mengebor dengan baik dan akan menghasilkan tatal yang sama tebal dengan yang keluar melalui kedua belah alur spiral bor. Untuk bahan memerlukan pendinginan, dipergunakan cerek khusus tempat bahan pendingin.
3.Atur posisi benda kerja dengan menggerakkan meja, untuk arah vertical cukup memutar handle, untuk gerak putar mejanya cukup membuka pengunci di bawah meja dan di sesuaikan, setelah itu jangan lupa mengunci semua pengunci.
4.Tancapkan steker mesin ke stop kontak sumber listrik, kemudian tekan sakelar on (pada saat ini spindle sudah berputar). Atur kecepatan yang sesuai dengan benda kerja.
5.Untuk pemakanan ke benda kerja, putar Drill feed Handle sehingga mata bor turun dan memakan benda kerja.
6.Gunakan cairan pendingin bila perlu
7.Setelah selesai, tekan sakelar off untuk mematikan mesin
8.Untuk Mesin bor tangan / pistol sakelar khusus untuk pilhan putaran ke kanan dan ke kiri.

E.PERAWATAN MESIN
Sebuah mesin dalam menjaga performa kinerjanya juga membutuhkan perawatan yang intensif pada setiap komponen mesinnya. Hal ini juga diperlukan untuk mesin bor. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan :
1.Pelumasan secara rutin untuk menghilangkan panas dan gesekan.
2.Mesin harus dibersihkan setelah digunakan
3.Chips harus dibersihkan menggunakan kuas.
4.T-slots, grooves, spindles sleeves, belts, and pulley harus dibersihkan.
5.Mesin diolesi dengan cairan anti karat untuk mencegah dari berkarat
6.Pastikan untuk alat pemotong berjalan lurus (stabil) sebelum memulai operasi.
7.Jangan menempatkan alat-alat lain di meja pemboran
8.Hindari pakaian longgar
9.Perlindungan khusus untuk mata


Sistem Pemeliharaan Listrik PLN Rayon Tabing Kota Padang


Pemeliharaan Trafo (Penyulingan minyak trafo)
Salah satu indikator penting suatu trafo layak dioperasikan kondisi isolasinya, sebab bila kondisi isolasi jelek dan ini ditujukan dengan nilai tahanan isolasinya rendah dibawah batas minimal yang diinginkan, ketika dioperasikan (diberi tegangan) dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada trafo itu sendiri, bahkan dapat mengganggu kerja dari sistem jaringan, dimana trafo tersebut dipasang.
Hal lain yang lebih membahayakan, apabila sampai terjadi kontak antara kumparan tegangan tinggi dengan badan trafo, atau kumparan tegangan rendah, tetapi kerja sistem pengaman kurang baik, maka tak ayal lagi dapat menyebabkan kecelakaan bagi orang, karena tegangan sentuh terlalu tinggi atau paling tidak dapat marusak peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada tegangan rendah.
Kerusakan-kerusakan atau kecelakaan seperti tersebut diatas adalah hal yang harus dihindari. Untuk trafo caranya adalah mengukur kondisi isolasi baik saat trafo yang akan dipasang maupun secara berkala pada trafo yang sudah beroperasi. Pengujian pada isolasi trafo yang harus dilakukan adalah :
1)        Test Kontinuitas belitan.
2)        Pada bushing HV pada setiap tap changer (sadapan), nilai tahanan AB = AC = CA.
3)        Pada bushing LV nilai tahanan ab = ac = ca atau an = bn = cn
Faktor yang mempengaruhi Nilai tahanan isolasi belitan adalah:
C      =  Faktor belitan terendam dalam minyak besarnya = 0,8
E      =  Tegangan tertinggi (Volt)
kVA =  Daya trafo (kVA)
k      =  Faktor koreksi suhu belitan
       Sebagai cairan isolasi minyak trafo baru harus mempunyai tegangan tembus minimal 120 kV /cm, sedang untuk minyak yang terpakai minimal 80 kV/cm. Sebagai cairan pendingin, nilai viskositas untuk minyak baru maksimal 18,50 milipoises, sedang untuk minyak yang terpakai maksimal 19,24 miliposes. Titik nyala minimum 146°C.
Trafo dalam keadaan berbeban akan timbul panas antara 60°C – 80°C pada kumparan-kumparan yang disalurkan pada minyaknya dengan cara konveksi dan radiasi ke udara melalui sistem pendinginannya.
Trafo dengan, type conservator, minyak trafo mempunyai kontak dengan udara luar yang mengandung asam. Dan inilah yang lambat laun dapat merusak minyak trafo.
Zat asam pada suhu minyak antara 60°C – 80°C bereaksi dengan minyak trafo, sehingga terjadi persenyawaan asam dan air sehingga kadar asam dan air dalam minyak trafo ini makin tinggi. Bila minyak trafo berkadar asam tinggi bereaksi dengan kumparan dan bagian logam trafo dari trafo akan membentuk garam­-garam yang tak dapat larut mengendap berupa bintik-bintik berwama merah coklat.
Kondisi tersebut bila dibiarkan berlangsung terus, berakibat merusak kumparan trafo dan minyak menjadi kental, hingga daya pendingin serta tegangan tembusnya makin turun.
Untuk mencegah hal tersebut diperlukan secara periodik pemeriksaan minyak di laboratorioum guna mengetahui :
1)        Nilai tegangan tembus
2)        Kadar asam dan air
3)        Nilai viskositas
4)        Keadaan visual (warna, endapan, kejernihan)
Hasil pemeriksaan digunakan untuk melakukan tindak lanjut yaitu :
1)        Minyak masih dapat dipakai
2)        Minyak harus diproses/disaring agar dapat dipakai
3)        Minyak harus diganti
Penyulingan minyak trafo dilakukan PLN Rayon Tabing ke beberapa trafo. Diantaranya pada Gardu 026 T Jl. Adinegoro (depan LLAJ) pada tanggal 13-09-2011.


 Gambar 11. Gardu 026 T di Jl. Adinegoro (depan LLAJ) Feeder Batas Kota.
Sebelum dilakukan penyulingan minyak trafo, terlebih dahulu diukur nilai tegangan tembusnya (isolasi). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Hipotronics (alat pengukur tegangan tenbus minyak trafo).


                                                                             


Gambar 12. Hipotronics
Setelah diukur, maka di dapat hasilnya apakah minyak masih bisa digunakan atau sudah harus diganti. Jika minyak sudah harus diganti, maka dilakukan penyulingan minyak trafo untuk memurnikan minyak trafo sehingga trafo dapat beroperasi secara optimal. Minyak yang ada pada trafo dipompakan ke alat penyulingan.


 Gambar 13. Alat penyulingan minyak trafo, panel pengoperasian alat serta teknisi operasional
Minyak yang telah selesai mengalami proses penyulingan di tes kembali tahanan nilai tegangan tembusnya, apakah sudah bisa dipakai atau harus dilakukan penyulingan kembali. Tes dilakukan sebanyak 5x.
             Berikut data hasil penyulingan minyak trafo Gardu 026 T di Jl. Adinegoro (depan LLAJ) Feeder Batas Kota pada tanggal 13-09-2011.
Data trafo pada Gardu 026 T feeder batas kota:
Merk                           : STARLITE
Tahun pembuatan       : 1995
Nomor seri                  : 51073 No 50
Daya trafo                  : 160 kVA
Tegangan primer         : 20 kV
Tegangan sekunder     : 400 Volt
Ampere primer            : 4, 62 A
Ampere sekunder       : 230,9 A
Volume Oli                 : 180 kg
Berat total                   : 870 kg
Tabel 10. Hasil tes penyulingan minyak trafo
No.
Kondisi
Hasil tes
Jumlah
kV/2,5mm
kV/cm
I
II
III
IV
V
1.
Sebelum treatment
14,1
15,5
16,3
17,0
15,9
79,3
15,86
63,4
2.
Sesudah treatment
65,6
63,8
66,1
66,7
64,8
326,9
65,38
261,5
 Sumber: Koordinator treatment kopkar Lisna
            Berdasarkan hasil tes yang di dapat kondisi minyak trafo setelah di suling adalah baik. Dibuktikan nilai tegangan tembusnya yang berkisar di angka 60 an. Trafo dapat beroperasi secara optimal kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Zuhal .2000. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
PT. PLN (persero) PUSAT PENDIDIKAN dan PELATIHAN Pengoperasian Jaringan  di akses Distribusi. Jakarta 12550

PT. PLN (persero) Cabang Padang Rayon Tabing. Pengukuran Beban Trafo 2011 Triwulan I. Padang.

PT. PLN (persero) Cabang Padang Rayon Tabing. Data Trafo 2011 Triwulan II. Padang.

Marsudi, djiteng. 2002. Pembangkit Energi Listrik, Jakarta: Erlangga

“Sistem pemeliharaan trafo distribusi.” www.Dunia listrik.com di akses 19 Agustus 2011

“ Operasi Pemeliharaan Sistem Proteksi.” http://www.doctoc.com/docs/21954566/ di akses 5 September 2011.

 “Gardu Trafo Tiang (GTT) Distribusi”. http://aryohadi.blogspot.com/2009/04/ di akses 5 September 2011.


“Pemeliharaan Trafo”. http://dannybachdar.wordpress.com/2008/04/09/. di akses 5 September 2011.


“Perawatan dan Pementauan Kondisi” http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/01/. di akses 5 September 2011.