Powered By Blogger

Minggu, 02 Juni 2013

SISTEM TENAGA LISTRIK


A.      Sistem Proteksi

     proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik. Misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain.

Dengan kata lain sistem proteksi itu bermanfaat untuk:
·         menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat.
·         cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi sekecil mungkin.
·         dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen dan juga mutu listrik yang baik.
·          mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada system yang ada, para operator yang merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat mengoperasikan circuit-circuit Breaker yang tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir gangguan-gangguan yang timbul tersebut secara manual.

Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin dilakukan proteksi. Maka gangguan yang cukup besar ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak normal tersebut dan selanjutnya menginstruksikan circuit breaker yang tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Dan peralatan tersebut dikenal dengan nama relay.

Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang berhubungan, mempunyai dua fungsi pokok:
·         Mengisolir peralatan yang terganggu, agar bagian-bagian yang lainnya tetap beroperasi seperti biasa.
·         Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh gaya-gaya mekanik dst.
"Koordinasi antara relay dan circuit breaker(CB) dalam mengamati dan memutuskan gangguan disebut sebagai sistem proteksi"
Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja maksimum yang aman. Jika arus kerja bertambah melampaui batas aman yang ditentukan dan tidak ada proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi. Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada konduktor akan berkelebihan pula, sedangkan pengaruh pemanasan adalah sebanding dengan kwadrat dari arus:

H=
I2.R.t (Joule)
Dimana;
·         H = panas yang dihasilkan (Joule)
·         I = arus listrik (ampere)
·         R = tahanan konduktor (ohm)
·         t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)
Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus tersebut naik mencapai harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan Sekering atau Circuit Breaker. Proteksi juga harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus hubung singkat “breaking capacity” atau Repturing Capacity.

Disamping itu, sistem proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
·         Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
·         Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak menyebabkan peralatan bekerja.
·         Sistem Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama, sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.
·         Sistem Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus gangguan yang dapat terjadi.
·         Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada rangkaian yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap beroperasi.
Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action relatif lebih lama dan mempunyai fungsi inverse terhadap kwadrat dari arus. Disamping itu proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari sekering atau circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus dapat mencapai harga yang dapat merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan mekanik.
B.     Persyaratan Kualitas Sistem Proteksi
Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan sistem proteksi yang efektif, yaitu:
a)      Selektivitas dan Diskriminasi
Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan sistem dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.
b)      Stabilitas
Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang melindungi (gangguan luar).
c)      Kecepatan Operas
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin besar kemungkinan kerusakan pada peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya membuka bagian-bagian yang terganggu sebelum generator-generator yang dihubungkan sinkron kehilangan sinkronisasi dengan sistem. Waktu pembebasan gangguan yang tipikal dalam sistem-sistem tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana dimasa mendatang waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms sehingga memerlukan relay dengan kecepatan yang sangat tinggi (very high speed relaying).
d)     Sensitivitas (kepekaan
Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai prosentase dari arus sekunder (trafo arus).
e)      Pertimbangan ekonomis
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak digunakan, asal saja persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi dan perhatikan. Dalam suatu sistem transmisi justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal, namun demikian pula sistem atau peralatan yang dilindungi dalam pemakaian dan jaminan terhadap kelangsungan peralatan sistem adalah vital. Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer atau proteksi utama dan proteksi pendukung (back up).
f)       Realiabilitas (keandalan)
Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).
g)      Proteksi Pendukung
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi utama tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat mungkin indenpenden seperti halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya triping CB dan trafo -trafo tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya. Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem daya tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zo na -zona yang berdekatan misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker-circuit breaker tidak dilindungi. Dalam keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan, remote back up) akan memberikan perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama.
Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam sistem tansmisi,cukup jika hanya mencakup titik-titik strategis saja. Remote back up akan bereaksi lambat dan biasanya memutus lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengeluarkan bagian yang terganggu.
C.    Komponen-Komponen Sistem Proteksi
Secara umum, komponen-komponen sistem proteksi terdiri dari:
1. Circuit Breaker, CB (Sakelar Pemutus, PMT)
2. Relay
3. Trafo arus (Current Transformer, CT)
4. Trafo tegangan (Potential Transformer, PT)
5. Kabel kontrol
6. Catu daya, Supplay (batere)

D.    Jenis dan Macam Relay Proteksi
Cara kerja Dari relay pengaman ada yang dipengaruhi oleh besaran besaran listrik dan ada pula yang dipengaruhi oleh besaran selain listrik.
Relay pengaman yang bekerjanya dipengaruhi oleh besaran besaran listrik diantaranya
1.      Pengaruh Arus Listrik (I) yaitu Relay Arus Lebih (OCR)
2.      Pengaruh Tegangan Listrik (U) yaitu Relai Tegangan Lebih (OVR)
3.      Pengaruh Tenaga Listrik (P) yaitu Relai Daya Lebih (OPR)
4.      Pengaruh Frekuensi (f) yaitu Under Frekuensi Relay (UFR)
5.      Pengaruh Perbandingan Arus  yaitu relay Diferensial
6.      Pengaruh Reaktansi atau Impedansi yaitu Distan Relay

Sedangkan Rele pengaman yang dipengaruhi oleh besaran lain antara lain :
1.       Pengaruh panas yaitu Relay Thermal Kumparan Transformator atau Relay Thermal panas transformator
2.       Pengaruh Tekanan yaitu Relay tekanan lebih (Presure relay)
3.       Pengaruh Gas yaitu Relay Buholz pada transformator tenaga
4.       Pengaaruh getaran


E.     Jenis Relay Terpasang Pada Proteksi Pembangkit
Kontinuitas pelayanan energi listrik merupakan aspek yang sangat penting baik bagi penyedia energi listrik maupun bagi konsumen. Kontinuitas penyediaan energi listrik bagi penyedia energi listrik merupakan salah satu kriteria baik tidaknya kualitas energi listrik yang disediakan. Sedangkan konsumen terutama konsumen industri,  terputusnya energi listrik akan berakibat kerugian yang sangat besar karena terhentinya proses produksinya. Terputusnya pelayanan energi listrik ini biasanya berasal dari gangguan-gangguan internal maupun eksternal yang memaksa pemutus beban untuk bekerja, juga bisa diakibatkan oleh kesalahan operasi peralatan proteksinya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak dikehendaki tersebut, peralatan  proteksi  sistem tenaga listrik harus mempunyai keandalan yang tinggi, sehingga tidak terjadi kegagalan dalam memproteksi peralatan-peralatan listrik .
Gangguan-gangguan yang terjadi pada sistem pembangkit akan menyebabkan operasi generator berjalan tidak normal bahkan pada keadaan tertentu generator bisa tidak beroperasi. Oleh karena itu sistem tenaga yang andal sangat diperlukan. Keandalan sistem tenaga listrik sangat dipengaruhi oleh sistem proteksi. Salah satu komponen penting untuk proteksi tenaga listrik adalah relai proteksi.
Relai proteksi merupakan susunan piranti baik elektronik maupun magnetik yang direncanakan untuk mendeteksi suatu kondisi ketidaknormalan pada peralatan listrik yang bisa membahayakan atau tidak diinginkan. Jika bahaya itu muncul maka relai proteksi akan secara otomatis memberikan sinyal atau perintah untuk membuka pemutus tenaga  (circuit breaker) agar bagian yang terganggu dapat dipisahkan dari sistem yang normal. Relai proteksi dapat mengetahui adanya gangguan pada peralatan yang  perlu  diamankan dengan mengukur atau membandingkan besaran-besaran yang di terimanya, misalnya : arus, tegangan, daya, sudut fase, frekuensi, impedansi dan sebagainya sesuai dengan besaran yang telah ditentukan. Alat tersebut kemudian akan mengambil keputusan  seketika dengan perlambatan waktu membuka pemutus tenaga atau hanya memberikan tanda tanpa membuka pemutus tenaga.
Disamping itu relai juga berfungsi untuk menunjukkan lokasi dan macam gangguannya. Skema sistem proteksi pembangkit :
Skema peralatan proteksi yang digunakan pada suatu unit generator-transformator (pembangkit) dapat dilihat pada Gambar   di bawah ini.

KESIMPULAN
Proteksi dan automatic tripping Circuit Breaker (CB) dibutuhkan untuk
a.       Mengisolir peralatan yang terganggu agar bagian-bagian yang lainnya tetap beroperasi seperti biasa
b.      Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (overheating), pengaruh gaya mekanik dan sebagainya.
Proteksi harus dapat menghilangkan dengan cepat arus yang dapat mengakibatkan panas yang berkelebihan akibat gangguan yang terjadi dengan menggunakan rumus :
H = I
2.R×t Joule
Peralatan proteksi selain sekering adalah peralatan yang dibentuk dalam suatu sistem koodinasi relay dan circuit breaker. Peralatan proteksi dipilih berdasarkan kapasitas arus hubung singkat ‘Breaking capacity’ atau ‘Repturing Capcity’.
Selain itu peralatan proteksi harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut
a.       Selektivitas dan Diskriminasi
b.      Stabilitan
c.       Kecepatan operasi
d.      Sensitivitas (kepekaan).
e.       Pertimbangan ekonomis.
f.       Realibilitas (keandalan).
Proteksi pendukung (back up protection).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar